Selasa, Januari 22, 2008

Ungkapan Syukur kepada Dewa Bumi

Prosesi Bwee Gwee

PROSESI Bwee Gee, yakni mengucapkan terima kasih untuk Dewa Bumi, Minggu (20/1) pagi, dirayakan secara meriah di Kelenteng Hok Hien Bio, Jl Agil Kusumadya, Kudus. Ribuan orang terlihat begitu antusias saat perwakilan 28 kelenteng dari berbagai kota di Pulau Jawa mengarak dewa pujaannya di sejumlah ruas jalan utama.

Antusias publik, baik yang mengikuti ritual tersebut maupun yang menonton sudah terlihat berkerumun di tempat persembahyangan tersebut sejak pukul 07.00. Mereka bahkan berjajar di tepi jalan untuk melihat arak-arakan.

Menurut Ketua Panitia Bwee Gwee Kudus 2008, Liong Kuo Tjun, pihaknya sudah melakukan kegiatan seperti itu selama empat tahun berturut-turut.

Prosesi itu sendiri sebenarnya berawal dari sosok Dewa Bumi, Hok Tik Ching Sin, yang dianggap jujur dan bijaksana. "Ini ucapan terima kasih dan syukur kepada Dewa Bumi," katanya, Minggu.

Dijelaskan, ada tiga hal yang menjadi maksud perayaan tersebut. Pertama, mengucap syukur kepada Dewa Bumi yang telah menjaga dan memelihara alam semesta sepanjang tahun ini.

Kedua, berharap keteladanannya untuk dapat mengilhami para pemimpin negara, agar rakyat Indonesia dapat hidup lebih makmur, aman dan damai. Sedangkan Jud Bio yakni mengarak arca dewa, terkandung maksud agar dewa senantiasa merakyat dan bersatu dengan kita semua.

"Untuk tahun ini terdapat perwakilan arak-arakan dari 28 kelenteng di Jawa," tandasnya.

Kebersamaan

Rupanya, kebersamaan juga dirasakan dalam prosesi tersebut. Meski berasal dari berbagai kepercayaan, mereka dapat melakukan kegiatan secara bersama-sama. "Selain arca dewa, arca Bagawan Ismaya atau dikenal sebagai Semar," ungkapnya.

Yang paling ditunggu masyarakat, tentunya acara arak-arakan. Pasalnya, mereka dapat menyaksikan aneka gaya umat dalam mengangkat arca yang diletakkan di tandu.

Diselingi bunyi tambur dan bau hio yang menyengat, sejumlah orang terlihat khidmat berdoa di pinggir jalan selama arak-arakan melintas. Mereka terlihat terkesima dengan atraksi yang dibawakan para perwakilan kelenteng.(Anton WH-19)


Suara Merdeka

22 Januari 2008

Jumat, Januari 18, 2008

PEDAGANG CINDERAMATA BOROBUDUR KIAN TERPURUK

Dari Perjalanan ke Borobudur

Lukisan dan kaligrafi dari bambu itu terlihat sangat indah. Patung – patung dengan berbagai bentuk yang terbuat dari fiber dan gipp, tak kalah menarik untuk dilihat dan dinikmati. Gelang, seruling dan ballpoint dari bambu serta cincin dari monel, juga sangat menawan.

Ya, suasana itu terlihat di kawasan wisata Bodobudur, Magelang Jawa Tengah. Candi, yang dulu, merupakan salah satu dari 7 keajaiban dunia dan telah menjadi tempat rekreasi internasional.

Di sana, banyak para pedagang yang menjajakan souvenir buat para pelancong atau wisatawan baik lokal maupun wisatawan mancanegara. Dari berdagang barang kerajinan seni itu, para pedagang berharap mendapat rizki untuk menyambung nyawa dan bekal mencukupi kehidupan keluarganya.

Dulu, kerajinan seni dari para para pengrajin nusantara yang dijual di kawasan wisata tersebut, sangat ramai. Sehingga para pedagang pun mempunyai penghasilan yang cukup untuk keluarga dan menyekolahkan anaknya.


Sepi

Namun keramaian pengunjung di Borobudur saat ini, tidak lagi bisa diharapkan. Tidak banyak lagi para pengunjung yang tertarik untuk membeli cinderamata di sini. Terutama para wisatawan lokal. Apalagi setalah pemerintah menaikkan harga-harga barang terutama BBM. Ditambah lagi adanya bencana alam yang terjadi akhir-akhir ini.

“Sekarang sepi. Tidak banyak orang yang membeli dagangan kami. Paling cuma lewat dan lihat – lihat,” ujar Darmadi (52), salah seorang pedagang.

Lelaki yang sudah berdagang sejak 1995 itu, kini kian resah. Pasalnya, ia harus menghidupi keluarganya dan menyekolahkan anak-anaknya. “Sedih, mas. Karena penghasilan tidak menentu. Padahal kerajinan yang kami jual sangat murah.”

Ia menyontohkan, untuk patung kecil dari fiber harganya cuma Rp. 5000. Sedang patung semacam yang terbuat dari Gipp, hanya Rp. 3000. Galar, hiasan dinding dari bambu bertuliskan kaligrafi atau lukisan, hanya Rp. 4000. “Murah, kan?” katanya dengan nada tanya.

Lesunya pasar seni kerajinan di kawasan wisata candi Borobudur, itu diakui oleh Muslimah (29). Ibu satu anak dan istri dari Wakid (35) yang sehari – hari menjadi petani ini mengatakan, sekarang tidak banyak wisatawan yang membeli souvenir, apalagi wisatawan domestik.

“Setelah ada kenaikan BBM dan bencana beberapa waktu lalu, pasar seni dan kerajinan yang banyak dijual, semakin sepi," keluhnya.


Butuh perhatian

Lesunya pasar seni dan kerajinan di kawasan wisata candi borobudur dan kawasan wisata lain yang ada di Indonesia, harus segera disikapi dan dicarikan solusi. “Selama ini pemerintah hanya mengurusi masalah lapak atau tempat berdagang saja,” ujar Darmadi yang diamini para pedagang lain.

Untuk itu, ke depan, pemerintah harus lebih memperhatikan dan tidak hanya mengurusi masalah lapak saja. Masalah promosi juga menjadi hal yang harus menjadi perhatian agar pasar seni internasional bergairah kembali. (J) Rosidi


Kamis, Januari 17, 2008

KEKUATAN HATI MELEBIHI KEKUATAN PIKIRAN

Oleh : Eko Jalu Santoso

Dalam berbagai training dan seminar motivasi, seringkali para motivator mengajarkan kita untuk selalu berpikir positif. Dalam berbagai tulisan, artikel dan buku-buku motivasi, para motivator dan penulis juga mengajarkan kita berpikir positif untuk meraih kesuksesan. Banyak orang sangat meyakini bahwa kekuatan pikiran positif dapat membawa manusia meraih kesuksesan dalam mencapai tujuannya. Memang, tidak diragukan lagi, kalau kekuatan pikiran positif ini dan membawa manusia pada kesuksesan dalam meraih tujuannya. Mereka yang dapat mengarahkan pikirannya selalu kearah positif, maka diyakini bahwa hasilnya adalah sesuatu kehidupan yang positif juga.

Meskipun demikian, kita sebagai manusia yang memiliki keyakikan keimanan kepada Allah, sebaiknya menyadari bahwa bukan hanya mengandalkan kekuatan otak semata, bukan hanya mengandalkan akal dan kekuatan pikiran semata. Karena sesungguhnya ada kekuatan lain yang lebih dahsyat dari kekuatan otak, akal dan pikiran. Kekuatan ini bukan hanya mengantarkan manusia meraih sukses namun juga mampu mengantarkan manusia pada kemuliaan hidup. Yakni kekuatan hati atau kekuatan hati yang positif, kekuatan hati yang jernih. Kekuatan hati ini memiliki kedahsyatan yang melebihi kekuatan pikiran manusia. Karena hati adalah rajanya, hatilah yang mengatur dan memerintahkan otak, pikiran dan panca indra manusia.

Tuhan melalui berbagai ajaran yang dibawa oleh para Nabi, maupun melalui kitab suci-NYA telah mengajarkan kepada manusia untuk senantiasa mendengarkan suara hati nuraninya. Mengajarkan manusia untuk dapat memelihara kejernihan hatinya, sehingga sifat-sifat mulia yang tertanam dalam hati dapat memancar ke permukaan. Karena di dalam hati manusia sudah tertanam " built in" percikan sifat-sifat "Illahiah" dari Allah Tuhan Sang Pencipta Kehidupan. Diantara sifat-sifat mulia Allah yang tertanam dalam hati manusia adalah sifat kepedulian, kesabaran, kebersamaan, cinta dan kasih sayang, bersyukur, ikhlas, damai, kebijaksanaan, semangat, dan lain sebagainya. Karena itu sesungguhnya kekuatan hati ini sangat "powerfull" untuk meraih kesuksesan dan kemuliaan dalam segala bidang kehidupan.

Di dalam hati tempatnya pusat ketenangan, kedamaian, kesehatan, dan kebahagiaan sejati yang hakiki. Bahkan hati merupakan cerminan dari diri dan hidup manusia secara keseluruhan. Di dalam hati terdapat sumber kesehatan fisik, kekuatan mental, kecerdasan emosional, serta penuntun bagi manusia dalam meraih kemajuan spiritualnya. Hati menjadi tempat di mana sifat-sifat mulia dari Allah swt Sang Pencipta Kehidupan bersemayam. Hati adalah tempat dimana semua yang hal yang terindah, hal yang terbaik, termurni, dan tersuci berada di dalamnya.

Dengan demikian, kekuatan hati ini sangat "powerfull" dan sangat dahsyat dalam membawa manusia meraih sukses dan kemuliaan dalam segala bidang kehidupan. Hati yang jernih akan melahirkan pikiran-pikiran yang jernih dan pada akhirnya melahirkan tindakan-tindakan mulia berdasarkan suara hati nurani. Kejernihan hati dapat menjadikan manusia menjadi mampu betindak bijaksana, memiliki semangat positif, cerdas dan berbagai sifat-sifat mulia lainnya. Dengan hati yang jernih, kita dapat berpikir jernih dan menjalani kehidupan dengan lebih produktif, lebih semangat, lebih efisien dan lebih efektif untuk meraih tujuan.

Hati adalah kunci hubungan manusia dengan Tuhannya. Karena Hati adalah tempat bersemayamnya Iman, dengannya kita bisa berkomunikasi dengan sang Khaliq. Hati juga menjadi kunci hubungan dengan sesama manusia. Hubungan yang dilandasi kejernihan hati dapat menjadikan hubungan yang lebih sehat, baik dan konstruktif dengan siapapun. Karena hubungan yang dilandasi kejernihan hati akan mengedepankan kasih sayang, kejujuran, kebersamaan dan saling menghormati. Hubungan dengan manusia akan terasa menyenangkan, menghadirkan kedamaian dan kebahagiaan. Dengan demikian akan semakin banyak orang lain yang akan memberikan dukungan bagi kesuksesan kita.

Dalam meraih kesuksesan sebaiknya jangan hanya mengandalkan kekuatan otak semata. Karena otak atau pikiran merupakan sesuatu yang terbatas dan bersifat sementara. Berusahalah menggunakan kekuatan hati nurani, menggunakan kekuatan kejernihan hati dengan seimbang. Gunakanlah kekuatan hati yang positif, karena dialah sesungguhnya diri sejati Anda. Hatilah tempat sifat mulia Allah swt Sang Pencipta bersemayam di dalam diri kita. Dengan senantiasa menggunakan kekuatan hati, mendengarkan suara hati, akan membawa manusia menjalani kehidupan dengan penuh kedamaian dan kebahagiaan. Kalau seseorang dapat merasakan kedamaian hati dan kebahagiaan hati, maka akan memiliki hidup yang penuh dengan Sukses dan kemuliaan.

Namun, berbagai godaan kehidupan modern seringkali dapat mengotori kejernihan hati. Sikap egoisme, mementingkan hawa nafsu, mengikuti ambisi meraih kekuasaan dengan menghalalkan segala cara dan berbagai emosi-emosi negatif seperti amarah, dendam, benci dan iri hati dapat menjadikan kejernihan hati terbelenggu, Hati yang terbelenggu cahaya kejernihannya tidak dapat memancar ke permukaan. Inilah yang dapat melemahkan kehidupan spiritual umat manusia. Kalau dibiarkan, dapat menjadikan kita semakin sulit mendengarkan bisikan hati dan lebih mempercayai atau mengandalkan kemampuan otak serta produk-produk pikiran atau akal semata. Inilah yang akan melahirkan ketidak seimbangan antara kemampuan nalar dengan hati nurani, sehingga melahirkan berbagai masalah dalam kehidupan.

Lantas bagaimana agar kita dapat menjaga kejernihan hati dalam kehidupan modern ini ? Bagaimana dapat memelihara kejernihan hati sehingga cahayanya dapat memancar ke permukaan ? Buku "Heart Revolution, Revolusi Hati Nurani Menuju Kehidupan Penuh Potensi" karya Eko Jalu Santoso yang diterbitkan Elex Media Komputindo, mengajarkan bagaimana menjaga kejernihan hati. Buku ini secara runtut membahas bagaimana proses penjernihan hati sampaimengaktifkan kekuatan hati. Sebagaimana komentar dari Dr. Muhammad Syafii Antonio, Chairmain Tazkia Business School yang mengatakan, "Buku ini dengan sangat baik mempetakan berbagai pola hidup yang melupakan hati, kemudian berusaha untuk menemukan suara hati yang murni lantas memberdayakannya. Jika hati sudah terberdayakan maka akan terciptalah revolusi diri dan revolusi kehidupan yang pada gilirannya revolusi ummat, berhijrah kearah yang lebih baik."

Sahabat semuanya, Jangan hanya mengandalkan kekuatan pikiran semata, tetapi dengarkanlah suara hati nurani Anda. Jadikanlah hati nurani Anda sebagai pembimbing dalam setiap langkah kehidupan. Berusahalah menagah kejernihan hati, agar rahmat dan berkah dari Allah senantiasa mengalir dan memberikan yang terindah untuk hati, perasaan dan seluruh diri kita. SEMOGA BERMANFAAT.


*** Eko Jalu Santoso adalah Founder Motivasi Indonesia (motivasiindonesia@ yahoogroups. com) dan Penulis Buku " The Art of Life Revolution" dan buku "Heart Revolution, Revolusi Hati Nurani Menuju Kehidupan Penuh Potensi", keduanya diterbitkan Elex Media Komputindo. www.ekojalusantoso. com

APBN 2007, 70 Persen Habis untuk Birokrasi

Catatan Redaksi :
Komitmen para birokrat dan pilitisi negeri ini untuk mensejahterakan rakyatnya dan membangun bangsa, sangatlah lemah. Ini dilihat dari banyaknya uang negara yang dipergunakan untuk kepentingan pribadi para birokrat dan politisi tersebut. Jumlahnya sangat fantastis. 70 % dari APBN.

Kompas - Sebanyak 60-70 persen dari APBN 2007, atau Rp 457
triliun-Rp 534 triliun, terkuras untuk biaya birokrasi pemerintah,
legislatif, dan aparat hukum. Besarnya APBN 2007 adalah Rp 763 triliun.

Sekretaris Jenderal Sekretariat Nasional Forum Indonesia untuk
Transparansi Anggaran (Fitra) Arif Nur Alam menyampaikan itu dalam
"Refleksi Pengelolaan Anggaran Publik 2007", Minggu (13/1) di Jakarta.

Biaya birokrasi itu mulai dari gaji, tunjangan, sarana dan prasarana
kantor atau rumah dinas, hingga perjalanan dinas. "Jadi, hanya 30-40
persen APBN 2007 yang digunakan untuk pembangunan dan kepentingan
masyarakat," ujarnya.

Dijelaskan, hal itu dapat dilihat dari Rencana Kegiatan Anggaran (RKA)
setiap instansi. RKA Departemen Pendidikan Nasional, misalnya, hanya
mencadangkan 15 persen, atau Rp 7,5 triliun, dari Rp 51,3 triliun
anggarannya untuk rehabilitasi sekolah, beasiswa, dan perpustakaan.
Sisanya untuk program yang tiddak berkaitan langsung dengan kegiatan
pendidikan, seperti administrasi kepegawaian, sarana dan prasarana kantor,
serta perjalanan dinas.

Sementara dari Rp 1,3 triliun anggaran DPR, 61 persen atau sekitar Rp 800
miliar untuk kebutuhan anggota DPR, yaitu Rp 190,8 miliar untuk gaji,
honorarium, tunjangan, dan asuransi kesehatan. Tunjangan listrik, telepon,
dan komunikasi menelan Rp 185 miliar. Berbagai macam uang harian dan
representasi Rp 257 miliar. Untuk operasional dan transportasi Rp 87,5
miliar serta untuk pengadaan tenaga ahli serta asisten Rp 92,4 miliar.

Di Kepolisian, menurut staf Divisi Advokasi dan Investigasi Fitra, AR
Muttaqin, dari Rp 18,7 triliun anggaran Polri, 82 persen untuk membayar
gaji, tunjangan, sarana dan prasarana kantor. Hanya 18 persen untuk
penyelidikan, penyidikan, pengamanan, dan pengayoman masyarakat.

Kondisi yang sama terjadi di lembaga penegak hukum lainnya, yaitu
Kejaksaan, Mahkamah Agung, Komnas HAM, Komisi Yudisial, dan KPK.

Koordinator Analisis dan Kajian Fitra, Yenni Sucipto, mengatakan, jika
negara peduli dengan rakyat, seharusnya sebagian besar APBN 2008
dialokasikan untuk kepentingan rakyat. "Untuk itu, segera lakukan
efisiensi APBN," imbaunya. (REI)

--
Mimin Dwi Hartono
Monitoring and Investigation Division
Indonesia National Commission on Human Right (Komnas HAM)
Jl. Latuharhary No.4B, Menteng
Jakarta 10310 INDONESIA
Phone +6221-3925230
Facs +6221-3151042/ +6221-3925227
Cell phone +6281328783787

Proyeksi Penegakan HAM 2008

: Ketidakmauan Penegakan HAM Berlanjut


Koalisi Organisasi Non Pemerintah Hak-hak Asasi Manusia dan Korban
Pelanggaran HAM yang terdiri dari Arus Pelangi, Demos, FSPI, HRWG,
Imparsial, Kalyanamitra, LBH-APIK, Praxis, Jaringan Solidaritas Korban
Pelanggaran HAM (JSKK), INFID, Jaringan relawan Kemanusiaan (JRK), KontraS,
Setara Institute, PBHI, Prakarsa, SHMI, Wahid Institute, YLBHI, bermaksud
menyampaikan catatan bersama tentang evaluasi dan proyeksi HAM 2007 dan
2008. Catatan ini akan terbagi ke dalam tiga bagian, yaitu kilas balik 2007,
proyeksi penegakan HAM 2008, serta rekomendasi.

1. Kilas Balik

Komitmen negara Republik Indonesia (RI) dalam mengimplementasikan hak-hak
manusia cenderung memburuk sepanjang tahun 2007. Kelemahan ini terletak pada
inkonsistensi antara apa yang dikesankan dengan apa yang sesungguhnya
direalisasikan. Realitas keadaan hak-hak manusia baik hak-hak sipil dan
politik maupun hak-hak ekonomi, sosial dan budaya justru mematahkan upaya
pemerintah dalam menampilkan citra diplomasi yang baik atau terbuka di mata
internasional. Disamping itu kesan positif ini pada dasarnya gagal merespon
rangkaian pelanggaran atau pengingkaran hak-hak manusia baik di tingkat
internasional seperti Myanmar, Malaysia, Pakistan, buruh migran dan
perdagangan karbon (perubahan iklim) maupun di dalam negeri yang dalam
praktiknya tidak menghasilkan perubahan signifikan baik melalui tindakan dan
kebijakan (violation by commission) dan pembiaran (violation by omission).
Pencitraan politik luar negeri di bidang HAM, dengan berbagai kerjasama
meknisme HAM internasional, tidak sejalan dengan sikap pemerintah terhadap
realitas pelanggaran hak-hak manusia di berbagai negeri terutama dalam
bentuk pembatasan dan pengekangan kebebasan sampai pembunuhan kaum oposisi
politik.

Bahkan pencitraan diplomasi HAM itu tidak sejalan dengan realitas
pelanggaran HAM di berbagai pelosok Indonesia. Keterbukaan pemerintah untuk
memberikan akses terhadap dua pelapor khusus dan komisioner tinggi hak-hak
manusia PBB, justru tidak didukung sejumlah aparat dalam pelaksanaan misi
kunjungan mereka untuk menyelesaikan kasus pelanggaran hak-hak manusia.
Aparat penegak hukum tetap ambil bagian dalam kebiasaan atau melakukan
praktik penyiksaan dan perlakuan atau penghukuman yang kejam, tidak
manusiawi dan merendahkan martabat, terutama sering menggunakan kekerasan
dan senjata api dalam menangkap tersangka. Kewajiban POLRI sebagai pelindung
hak-hak setiap orang atas ancaman atau gangguan dari pihak ketiga maupun
sebagai pembasmi kejahatan tampaknya semakin mengkhawatirkan seiring dengan
terus terjadinya penutupan rumah-rumah ibadah dan penyerangan atas kelompok
minoritas agama. Pemerintah pun masih berwatak diskriminatif dan represif
atas kebebasan yang diperjuangkan kelompok minoritas agama. Situasi ini
menandai dibiarkannya praktik kekerasan dan intoleransi dari pihak ketiga
dan diskriminasi atas dasar agama atau keyakinan dari negara. Kondisi
intoleransi dan diskriminasi juga masih terus dialami para korban Tragedi
1965-1966.

Banyaknya kegagalan aparat penegak hukum maupun mekanisme pengadilan untuk
menghukum para pelaku kejahatan, termasuk belum terungkapnya secara hukum
siapa para pelaku dan orang yang bertanggung jawab dalam kasus pembunuhan
Munir, semakin menguatkan dugaan proses ini sebagai bagian dari pelembagaan
kejahatan tanpa hukuman (impunity). Daftar kegagalan ini terus bertambah
bila dihubungkan dengan berbagai kejahatan yang berulang di daerah konflik
seperti Poso, bahkan kejahatan yang terburuk sekali pun tidak pernah
dihukum. Selain itu, banyak pula kasus atau perkara korupsi yang gagal
diproses secara jujur dan non-diskriminasi, menandai kuatnya dugaan
impunitas. Seluruh proses pelembagaan impunitas ini semakin memupuskan
harapan para korban kejahatan dan pelanggaran hak-hak manusia untuk meraih
keadilan.

Dalam pemilikan dan pengelolaan sumber daya alam di pedesaan dan industri di
perkotaan, terutama sengketa lahan, penggusuran kaum miskin kota, dan
pembatasa dkebebasan berserikat kaum buruh, ditandai dengan keterlibatan
aparat kepolisian, militer dan para-militer. Penggunaan kekerasan dan
paksaan merupakan ancaman yang serius bagi mereka yang berjuang
mempertahankan hak-haknya. Sebagai contoh, dua bentuk pelanggaran HAM yang
berat (gross violation of human rights) berupa pembunuhan di luar proses
hukum (extrajudicial killing) serta perlakuan keji dan penyiksaan yang
mengakibatkan kematian warga sipil petani di Alas Tlogo (Jatim) dan kematian
tersangka penikam polisi di Jeneponto (Sulsel). Dalam kasus lainnya negara
justru menggunakan pihak ketiga (paramiliter) sebagai pelaku untuk menggusur
atau menganiaya penggarap lahan. Salah satu peristiwa yang paling merugikan
pemilik lahan adalah dibukanya penambangan minyak Lapindo di kawasan yang
berdekatan dengan pemukiman penduduk yang menenggelamkan delapan desa. Kasus
Lapindo juga merupakan contoh bagaimana korporasi dengan dukungan negara
menolak pemulihan hak-hak korban.

Kebijakan ekonomi liberal pemerintah, meskipun meningkat secara statistik,
justru semakin memperburuk pemenuhan hak-hak ekonomi, sosial dan budaya
masyarakat dan memperluas kelompok miskin. Berbagai laporan audit anggaran
yang menunjukkan terjadinya korupsi dan kebocoran anggaran telah menggerus
kemampuan pemerintah dalam merealisasi hak-hak ekosob seperti hak atas
pekerjaan, kesehatan dan pendidikan. Lebih jauh, kebijakan ini juga kian
memperparah pemenuhan hak-hak perempuan dengan kian tingginya angka
eksploitasi buruh migran perempuan, rendahnya tingkat pendidikan perempuan,
tingginya angka kematian ibu dan anak, bahkan menyebabkan terjadinya
peningkatan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT).

Kendati otonomi daerah membuka partisipasi politik yang lebih tersebar,
namun efek pengelolaan otonomi ini juga merupakan ancaman atas implementasi
hak-hak lainnya termasuk hak-hak perempuan. Seperti yang terjadi di tingkat
nasional maka partisipasi politik perempuan belum juga tercemin dalam
kebijakan di daerah. Otonomi daerah juga belum menyentuh perbaikan kondisi
anak-anak yang masih menjalani masa kecil mereka di jalan-jalan,
dipekerjakan, serta mengalami kekerasan maupun perlakuan buruk atas
anak-anak yang dipenjara

Di sisi lain menguatnya primordialisme dalam politik otonomi yang beriringan
dengan fundamentalisme menjadi ancaman atas keberagaman etnis, politik dan
agama. Misalnya, ancaman dan kekerasan terhadap kebebasan beragama atau
berkeyakinan terkait dengan diberlakukannya Perda yang diskriminatif,
termasuk diterapkannya bentuk hukuman yang kejam, tidak manusiawi,
merendahkan martabat manusia seperti hukuman cambuk di Aceh. Efek
pengelolaan otonomi daerah itu mengancam keberadaan kelompok-kelompok yang
mempunyai orientasi seksual berbeda. Mereka menghadapi kesulitan untuk
mengurus status kependudukan dan hak kewarganegaraan, memperoleh layanan
kesehatan, menjalankan ibadah di rumah-rumah ibadah, kebebasan berkumpul,
serta hak atas pekerjaan karena rawan penolakan dan pemecatan. Bahkan ada
yang mengalami kriminalisasi karena orientasi seksual dan juga atas posisi
mereka sebagai korban dan pelapor. Dalam sebuah operasi ketertiban versi
Pemkot di Jakarta, seorang waria terbunuh.

Lemahnya jaminan hukum atas penghormatan dan perlindungan hak-hak manusia
terlihat dengan masih belum sinkronnya standar dan norma hak-hak asasi
manusia internasional , terutama yang sudah diratifikasi, dengan
ketentuan-ketentuan hukum nasional. Ini juga mennujukkan negara gagal
menjalankan kewajibannya sebagai negara pihak. Hal ini tercermin dalam
keputusan Mahkamah Konstitusi yang tetap melegalkan hukuman mati, revisi
KUHP tetap mempertahankan delik agama dan penghinaan pejabat negara,
keberadaaan lembaga Pengawasan Aliran Kepercayaan Masyarakat (Pakem) sebagai
alat represi bagi kebebasan beragama dan berkeyakinan, serta kebijakan dan
perundang-undangan lainnya yang bertentangan dengan HAM.

2. Proyeksi penegakan HAM 2008

Ke depan, khususnya di tahun 2008, prospek perlindungan, pemenuhan dan
pemajuan Hak-hak asasi manusia tak akan berbeda dengan perkembangan tahun
lalu. Pemerintah masih tetap akan inkonsisten dalam kebijakan HAM di luar
negeri dan dalam negeri. Faktor-faktor yang kian mempersulit penegakan HAM
adalah berlanjutnya kebijakan ekonomi liberal pemerintah, kebijakan pro
security yang mengancam kebebasan sipil seperti RUU Rahasia Negara, serta
persaingan politik di tingkat nasional dan lokal. Persaingan antar-elite
politik ini terutama menjelang pemilihan umum (pemilu) parlemen dan presiden
tahun 2009. Misalnya, dengan bertambahnya jumlah partai politik dan tokoh
calon independen untuk berkampanye memperebutkan kursi DPR, DPD dan DPRD
maupun mereka yang dicalonkan untuk memperebutkan kursi presiden. Sumber
daya politik diperkirakan bakal dimobilisasi secara besar-besaran sebagai
bagian dari pertarungan politik yang terbuka dengan melibatkan partisipasi
politik sebanyak mungkin warga negara. Di sisi lain, substansi UU Politik,
khususnya UU Parpol yang baru disahkan, memberi peluang bagi perselingkuhan
antara pemilik modal dengan politisi.

Tahun ini juga merupakan bagian dari sejarah peringatan 10 tahun reformasi
dan momen peringatan 60 tahun DUHAM. Karena itu tuntutan reformasi akan
meningkat, khususnya dalam pemenuhan atas hak-hak korban peristiwa
pelanggaran HAM berat masa lalu. Tuntutan pemenuhan HAM oleh negara akan
dipertanyakan Dewan HAM dalam mekanisme Pengkajian Berkala Universal (UPR)
serta Komite Anti Penyiksaan PBB. Di tahun ini, pelapor khusus PBB tentang
Penyiksaan dan Pembela HAM melaporkan temuan mereka tentang perlindungan
atas pembela HAM serta implementasi Konvensi Menentang Penyiksaan (CAT).

Berdasarkan perkembangan ini maupun proyeksi politik, implementasi atau
realisasi hak-hak manusia adalah hal yang tidak terpisahkan dari kewajiban
negara maupun partisipasi pihak-pihak yang berkepentingan dengan hak-hak
manusia. Proyeksi politik ini sekaligus sebagai arena untuk menguji komitmen
negara dalam memajukan hak-hak manusia. Pantas dipertanyakan komitmen
partai-partai dan tokoh-tokoh politik maupun pemerintah terhadap pemajuan
dan perlindungan hak-hak manusia.

3. Rekomendasi

1. Mendesak Pemerintah SBY dan JK untuk konsisten dalam kebijakan HAM
luar negeri. Konsistensi diplomasi diperlukan agar Indonesia dapat merespon
krisis HAM di tingkat internasional sesuai Konstitusi RI dan standar HAM
universal (Burma, Darfur hingga Pakistan).
2. Mendesak Pemerintah, DPR dan Yudikatif untuk mengubah paradigma
dalam memajukan HAM, agar dapat konsisten melaksanakan produk-produk hukum
yang telah sesuai HAM dan konsisten dalam mengharmonisasi produk-produk
hukum yang belum sesuai HAM (RUU KUHAP & KUHP). Tanpa perubahan sikap, maka
keadaan HAM tak akan bisa mengatasi masalah impunitas pada kasus Munir dan
kasus-kasus pelanggaran berat HAM masa lalu, diskriminasi, kriminalisasi
HAM, fundamentalisme serta kemiskinan.
3. Mendesak institusi-institusi negara untuk dapat segera menyelesaikan
berbagai sengketa agraria yang merugikan rakyat miskin dan menguntungkan
pemodal, sekaligus mengakhiri penggunaan Polri dan TNI secara keliru saat
menangani sengketa agraria dan penggusuran warga miskin penggarap lahan.
4. Mendesak pemerintah untuk mengubah kerangka kebijakan ekonomi
liberal ke arah kebijakan ekonomi dan sosial (pusat dan daerah) yang
berorientasi pada perbaikan realisasi hak-hak rakyat atas pekerjaan,
kesehatan, dan pendidikan, sekaligus perbaikan realisasi hak-hak perempuan
akibat eksploitasi buruh migran, minimnya akses pendidikan, tingginya angka
kekerasan dalam rumah tangga serta kematian ibu dan anak.
5. Mendesak institusi-institusi Negara untuk mengakhiri campur tangan
dalam menyikapi perbedaan keyakinan dalam menjalankan hak beragama termasuk
menghapuskan Badan Koordinasi PAKEM yang telah digunakan sebagai alat
kontrol politik untuk selanjutnya menyerahkan pada pengadilan. Sebaliknya,
Negara harus netral dan memperkuat campur tangan dalam menyikapi aksi
kekerasan oleh sekelompok orang atas nama agama.

Jakarta, 3 Januari 2008

Jaringan Demokrasi

(Arus Pelangi, Demos, FSPI, HRWG, Imparsial, Kalyanamitra, LBH-APIK, Praxis,
Jaringan Solidaritas Korban Pelanggaran HAM (JSKK), INFID, Jaringan relawan
Kemanusiaan (JRK), KontraS, Setara Institute, PBHI, Prakarsa, SHMI, Wahid
Institute, YLBHI)


Rp 251,5 M, Kerugian Akibat Banjir

Banjir yang terjadi di Kudus beberapa waktu lalu, mengakibatkan kerugian material yang tidak sedikit. Menurut keterangan Pemkab Kudus, kerugian itu sekitar Rp 251.586.875.600. Keterangan ini merupakan revisi dari keterangan Pemkab sebelumnya yang menyatakan kerugian akibat banjir itu senilai Rp 244 miliar.
''Kami sudah melakukan pendataan terakhir,'' kata Kepala Kesbanglinmas, Ali Rifai, melalui Kasi Kesbang, Eko Hari Djatmiko, kemarin.

Data kerugian tersebut, akan diajukan ke Menko Kesra, Bakornas, dan Gubernur agar mendapatkan bantuan perbaikan infrastruktur yang rusak.

Rabu, Januari 16, 2008

Tanah Longsor Kembali Terjang Rahtawu

Musibah tanah longsor kembali menimpa kawasan Rahtawu, Kecamatan Gebog, Kudus. Rumah milik Karmeni Legiman (70), mengalami kerusakan diterjang tanah longsor, Senin (14/1) malam sekitar pukul 20.00. "Seingat saya, sebelumnya hujan turun cukup deras," kata Karmeni, kemarin.

Sebelumnya, pada awal tahun ini (SM 3/1), sebuah rumah milik warga di RT 4 RW 4 Dukuh Semlira, juga rusak dihantam material dari bukit yang ada di bagian belakang hunian. Pada peristiwa yang terakhir kemarin, tidak ada korban jiwa. Hanya saja, bagian dapur dan kandang ternaknya mengalami rusak berat. Seekor sapinya mengalami patah kaki. "Bagian belakang rumah saya rusak berat," keluhnya.

Jarak antara rumahnya dan korban longsoran pertama, sejauh seratus meter. Hunian di lereng pegunungan Rahtawu tersebut memang dipagari bukit yang sangat rawan longsor. Di tempat itu juga terdapat beberapa batuan di tebing yang curam. Kondisi tersebut menyebabkan lokasi di bawahnya sangat rawan terkena longsoran, terutama pada musim hujan seperti sekarang ini.

Pada saat musibah berlangsung, di dalam rumah terdapat dirinya dan tiga anggota keluarga yang lain. Begitu mendengar suara berdebum dari bagian belakang rumah, dia dia mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi. "Banyak tanah runtuh dan mengenai bagian belakang rumah saya," ungkapnya.

Camat Gebog, Sudarto, menyatakan, pemukiman itu memang termasuk kawasan rawan longsor. Pasalnya, bukit di sekitarnya tidak banyak ditumbuhi tanaman pelindung. "Hanya, banyak yang menanam tanaman semusim," jelasnya.

Dua pekan sebelum kejadian kemarin, tanah longsor juga telah terjadi. Hanya saja, musibah tersebut menimpa area perkebunan milik warga. "Mungkin luasnya sekitar dua hektare," ungkapnya.

Pihaknya telah memerintahkan perangkat setempat untuk melakukan kerja bakti. Tujuannya, untuk membersihkan tanah uruk sisa longsoran di rumah korban.

"Kita akan lakukan kerja bakti secepatnya untuk membersihkan sisa longsoran," jelasnya.(H8-76)


Sumber : Suara Merdeka

16 Januari 2008


Komunitas Sastra Selenggarakan Kongres di Kudus

Di tengah maraknya pertumbuhan komunitas dan kantung sastra dewasa ini, serta maraknya polemik tentang peran komunitas sastra belakangan ini, Komunitas Sastra Indonesia (KSI)--juga komunitas-komunitas dan kantung-kantung sastra lain yang memiliki jaringan kerja sama dengan KSI--perlu bertemu untuk merumuskan kembali langkah-langkah strategis ke depan.

KSI dan jaringannya juga perlu menata diri kembali agar dapat memberikan sumbangan yang lebih pas bagi publik sastra Indonesia. Karena itulah, KSI, bertepatan dengan berakhirnya masa kepengurusan KSI periode 2004-2007, merasa perlu mengadakan kongres dan seminar sastra nasional.

Sesuai dengan perkembangan kehidupan sastra Indonesia terkini, Kongres Komunitas Sastra Indonesia kali ini sengaja mengambil tema Meningkatkan Peran Komunitas Sastra Sebagai Basis Perkembangan Sastra Indonesia.

Kongres akan digelar di Gedung DPRD Kudus, Jawa Tengah, pada 19-21 Januari 2008. Acara pokok kegiatan yang didukung penuh oleh Djarum Bakti Pendidikan ini akan berupa kongres KSI, seminar nasional, ceramah umum, orasi budaya, pementasan sastra dan seni, serta wisata budaya.

Kongres KSI akan memilih kepengurusan baru periode 2008-2010, penyusunan program kerja, dan penyampaian rekomendasi yang mencoba merespons kondisi mutakhir kesusastraan Indonesia.

Direncanakan, kongres akan dibuka oleh Menbudpar Ir. Jero Wacik, SE, dengan keynote speaker Mendiknas Dr. Bambang Sudibyo. Sedangkan orasi budaya dan pemuda akan disampaikan oleh Menpora Dr. Adhyaksa Dault.

Seminar nasional pada acara ini akan menampilkan pembicara Kepala Pusat Bahasa Depdiknas Dr. Dendy Sugono, Prof. Dr. Budi Darma, Arswendo Atmowiloto, Korrie Layun Rampan, Drs. Maman S. Mahayana, MHum, Dr. Eko Budihardjo, Habiburrachman El-Shirazy, MAg, Dr. Shiho Sawai, Drs. Ahmadun Yosi Herfanda, MTI, Drs. Micky Hidayat, Drs. Mukti Sutarman SP, dan Drs. Idris Pasaribu. Seminar akan dimoderatori oleh Kurnia Effendi, Viddy AD Daery, Jimat Kalimasodo, dan Suprapto.

Pementasan karya sastra dan baca puisi akan diisi, antara lain Menpora Adhyaksa Dault, Direktur Kesenian Depbudpar Surya Yoga, Direktur Utama RRI Parni Hadi, Direktur Utama Bank Muamalat U. Saefuddin Noer, Direktur Produksi PT Djarum Kudus Thomas Budhi Santosa, Sutardji Calzoum Bachri, Emha Ainun Nadjib, Jose Rizal Manua, Sujiwo Tejo, Diah Hadaning, Arie MP Tamba, Kurnia Effendi, Mustafa Ismail, Chavchay Saefullah, Sihar Ramses Simatupang, Fatin Hamama, Jumari HS, Nuzumul Laily, Bambang Supriadi, Bambang Widiatmoko, Rohadi Noor, dan Anita Retno Lestari. Juga akan diisi pertunjukan wayang klithik dan terbang papat, dua bentuk kesenian tradisional yang sudah langka dari Kudus.

Menurut Ketua KSI, Iwan Gunadi, pada kesempatan itu juga akan diluncurkan buku Perjalanan 12 Tahun KSI, kiprah dan kumpulan karya para aktivisnya. Menurut ketua umum panitia kongres, Wowok Hesti Prabowo, dan ketua pelaksana, Mukti Sutarman SP, acara ini akan diikuti sekitar 200 pelaku sastra, pengurus cabang-cabang di berbagai wilkayah di Indonesia, serta masyarakat Kudus dan sekitarnya. Peserta juga akan mengunjungi pabrik rokok, pabrik jenang, Museum Kretek, dan Menara Kudus.


Sumber: Kompas Cyber Media

14 Januari 2008


Minggu, Januari 13, 2008

WISATA KOTA KRETEK



Salah satu kebanggaan masyarakat Kudus dan negeri ini, salah satunya adalah adanya pengakuan dunia internasional bahwa rokok kretek adalah murni penemuan putera bangsa Indonesia.

Dalam sejarahnya, rokok kretek ditemukan oleh H. Djamhari yang kemudian dikembangkan oleh konglomerat Kudus bernama Ki Nitisemito. Ki Nitisemito sendiri merupakan salah satu legenda dan pengusaha rokok kretek di Indonesia dengan produknya “Bal Tiga” yang terkenal pada masanya.

Kini, rokok kretek telah menjadi salah satu tulang punggung perekonomian rakyat di berbagai daerah seperti Kudus dan Malang. Ratusan ribu tenaga kerja terserap di sini. Tentunya ini meringankan beban Negara untuk menyiapkan lapangan kerja bagi rakyatnya. Selain itu, pendapatan Negara dari hasil bea cukai perusahaan rokok tidak lah sedikit.

PT. Drajum Kudus saja, menurut laporan tahun 2006, per hari memberikan kontribusi kepada Negara sekitar 23.32 Triliun. Ini belum perusahaan rokok lain seperti Sampoerna, Gudang Garam, Bentoel, Nojorono, Sukun, Djambu Bol dan lain sebagainya. Besarnya penghasilan Negara dari bea cukai rokok, ini tentu berperan sangat signifikan bagi pembangunan Negara.


Musem kretek

Segala sesuatu pasti punya sejarah. Tak terkecuali rokok kretek ini. Keberhasilan perusahaan-perusahaan rokok kretek raksasa yang ada, bukanlah datang dan didapat secara tiba-tiba. Tetapi sejarah panjang dan perjalanan yang melelahkan harus dilalui.

Sejarah panjang dan perjalanan perkretekan di Indonesia, dapat kita baca dan saksikan dalam museum kretek yang ada di Kudus. Sebuah museum yang di dalamnya sejarah rokok kretek terseimpan. Mesuem ini juga mempunyai miniature proses pembuatan rokok mulai dari awal hingga dipasarkan.

Saying, keberadaan museum ini kurang begitu dikenal oleh masyarakat secara luas. Padahal, museum ini selain sebagai tujuan wisata, juga bisa dijadikan sebagai tempat riset (penelitian) ilmiah pelajar dan mahasiswa.

Karenanya, pemerintah daerah hendaknya memperhatikan keberadaan yang secara structural, seharusnya berada di bawah dinas pariwisata dan kebudayaan. Pertama, memperbanyak sosialisasi tentang keberadaan museum ini hingga tingkat nasional dan internasional.

Kalau mau jujur, sosialisasi di tingkat local dan regional terhadap keberadaan museum kretek ini sangat lah kurang. Sehingga kurang dikenal. Ironisnya, museum cagar budaya ini dijadikan sebagai ajarng memadu kasih para remaja.

Kedua, mempercantik museum dan penambahan fasilitas. Keberadaan museum kretek saat ini, kurang lah menarik bagi pengunjung. Selain koleksi yang terlihat kotor, fasilitas pendukung yang bisa merangsang pengunjung untuk datang juga sangat kurang. Hanya ada satu bangunan pendukung, yaitu rumah adat sumbangan dari PT. Djarum.

Ketiga, menjalin kerjasama dengan berbagai perguruan tinggi dan dinas terkait untuk melaksanakan riset serta diskusi dan seminar. Dengan ini, maka sosialisasi secara tidak langsung akan lebih meluas di kalangan masyarakat.


Wisata Kretek

Sebagai satu-satunya kota yang memiliki museum perkretekan, maka sudah selayaknya hal itu bisa memberikan kontribusi positif. Tidak hanya sebagai tujuan wisata sejarah, tetapi di lain pihak juga memberi wacana tersendiri tentang intelektualisme dan jarring perekonomian kerakyatan yang melingkari.

Untuk mewujudkan museum kretek sebagai satu-satunya wisata kota kretek di Indonesia, sebenanrnya tidak terlalu sulit. Karena museum ini dengan “sarana pendukung” yaitu kawasan kuliner makanan khas Kudus Lentog Tanjung dan Soto Ayam Pak Denuh.

Selain itu, tak jauh dari sana, juga terdapat pusat jenang Kudus Mubarokfood Cipta Delicia dengan produknya yang sudah terkenal hingga ke berbagai Negara seperti Brunai, Malaysia, Abu Dhabi, Arab Saudi, Singapore bahkan Amerika.

Namun niatan itu, tidak akan berarti tanpa adanya dukungan dan perhatian pemerintah setempat dan tentu saja oleh persatuan perusahaan rokok yang ada.

Pendek kata, sinergitas antara pemerintah daerah dan pengusaha rokok kretek menjadi sesuatu yang wajib dilakukan, agar mewujudkan kudus sebagai pusat wisata kota kretek, tidak lagi sekadar wacana.

Rosidi,

Warga Kudus, Editor buku “Kudus Menjawab Tantangan Global”




Jumat, Januari 11, 2008

MEMUPUK HARAPAN YANG NYARIS KANDAS

Panti Sosial Bina Netra Pendowo Kudus

Terlahir cacat memang tidak menyenangkan. Namun itu tidak harus menjadi alasan larut dalam kesedihan. Karena harapan untuk mewujudkan impian dan cita - cita, tetap terbuka lebar.

MEMASUKI halaman Panti Tuna Netra dan Tuna Rungu Wicara (PTN & TRW) Pendowo Kudus, suasana nampak sepi. Hanya beberapa pegawai yang berseliweran dan dua orang yang saat itu lagi duduk-duduk di pos penjagaan.
Maklum, karena siang itu, saat kami bertandang, para siswa panti sedang makan siang bersama. Saat kami diajak melihat-lihat ruang makan panti tersebut, nampak para siswa sedang menikmati masakan ala kadarnya. Mereka duduk berjajar. Di sebelah barat ruangan, duduk berjajar murid Tuna Netra. Sementara di sebelah timur, murid Tuna Rungu.
Sesekali, gelak tawa mereka terdengar, menimpali sendau gurau kawan-kawannya yang terdengar kocak saat bercanda. Televisi 14 inchi di ruangan itu, juga menjadi teman setia mereka saat makan dan istirahat.
Usai makan, mereka membaca do’a bersama, sebagai ucapan syukur pada Tuhan atas nikmat yang telah diberikannya. Setelah itu, sekelompok siswa membersihkan ruang makan. Sebagian lain nampak membawa piring dan peralatan makan untuk dicuci.
“Meski Tuna Netra dan Tuna Rungu, mereka tetap harus belajar berdidiplin, bergotong royong, membagi tugas dan saling membantu,” kata Anna Setyowati S.Sos, pegawai urusan penyantun yang saat itu mendampingi.

Serba – serbi Panti
Keberadaan PTN & TRW Pendowo Kudus yang beralamat di Jalan Pendowo No.10 Mlati Lor, ternyata memberi harapan tersendiri bagi para penyandang Tuna Netra dan Tuna Rungu. Tidak hanya di Kudus, juga para penyandang cacat serupa dari berbagai kota atau kabupaten di negeri ini. Paling tidak, itulah yang dirasakan Rasyidi, salah seorang siswa Tuna Netra yang berasal dari Demak. Lelaki kelahiran Jatisono, Gajah, Demak 30 tahun silam ini, merasa beruntung karena bisa belajar di Pendowo. “Saya sangat bersyukur bisa belajar di sini. Kalau di rumah, pasti saya cuma bisa bengong. Di sini banyak teman, bisa belajar, terutama belajar pijat untuk masa depan saya,” katanya.
Saat ini, lanjut laki-laki yang sebenarnya bercita-cita menjadi atlet Tolak Peluru, Saya menekuni pijat, sebagai bekal mencari rizki setelah lulus dari sini. “Meski buta, saya nggak bisa bergantung dengan orang lain terus-menerus.”
Tidak hanya Rasyidi. Perasaan yang sama dikemukakan Muallifah, penghuni panti asal Colo Kudus. Ia yang baru setengah tahun belajar di panti, merasa senang karena mempunyai banyak teman di sini. “Di sini saya banyak teman yang bisa diajak bercanda,” ungkapnya.
Gadis yang berperawakan manis ini, meski sebenarnya tidak mengalami Tuna Netra maupun Tuna Rungu, namun oleh salah seorang anggota keluarganya dititipkan di Panti. “Daya berpikirnya jauh di bawah rata-rata orang normal. Makanya ia ditaruh di sini,” kata salah seorang pegawai.
Meski kebanyakan penghuni panti mengaku senang tinggal di panti Pendowo ini, namun ada juga yang kurang menikmati rasa kekeluargaan yang terbina. “Tidak semangat. Semangatnya kalau sore saja. Nyanyi-nyanyi,” ujar Noor Shodiq, penghuni panti asal Limbangan, Kendal
Namun, setelah ditanya lebih jauh, ternyata diakui bahwa ia baru beberapa bulan tinggal dan belajar di panti. Yaitu sejak Januari 2007 lalu.
Rasa kekeluargaan yang ada di Pendowo, ternyata menjadi sesuatu yang menjadikan para penghuninya kerasan, disamping alasan lain yang dimiliki masing-masing penghuni panti.
Darmi dan Sumi’ah, misalnya. Dua ibu ini merasa sangat senang karena bisa membantu anak-anak panti. “Di sini gajinya besar. Gajinya pahala. Nanti kalau di akhirat,” kata mereka berkelakar

Ramah dan Sabar
Apa yang menjadikan para peng-huni Panti merasa nyaman dan betah? “Bapak dan Ibu guru dan pembimbingnya ba- ik dan sabar,” ujar Rasyidi. Penilaian serupa dikemu-kakan teman-temannya saat ditanya IK tentang kesannya tinggal di Pendowo.
Keramahan dan kesabaran para pembimbing itulah, yang rupanya membuat mereka para penghuni Panti nyaman. Selain ilmu dan ketrampilan lain bagi masa depan mereka tentunya.
Masalah keramahan dan kesabaran para pembimbing di panti, ternyata menjadi syarat mutlak yang harus dimiliki para pegawai. “Ya, kami di sini harus sabar dan bertindak seramah mungkin terhadap anak-anak. Agar mereka kerasan. Karena kita menghadapi orang yang tidak biasa, tetapi orang-orang yang memiliki kelemahan secara fisik,” tutur Chasanatin, SH. kepada IK yang dibenarkan, yang didampingi Anna Setyowati S.Sos.
Ya, keramahan dan kesabaran itulah, yang ditanamkan para Bapak dan Ibu pembimbing di Panti, sebagai bekal mengarungi hidup selepas dari Panti. “Keramahan dan kesabaran itu pula yang memupuk harapan orang-orang kurang beruntung itu yang nyaris kandas, karena keadaan,” terang Chasanatin. [J] Rosidi, Nasrur

PENTAS AMAL DA LAM GAMBAR







SEMARAK PENTAS AMAL




Kamis (10/1), pentas amal peduli bencana banjir di kota Kudus berlangsung meriah. Acara tersebut dimeriahkan oleh Wafer Band, Locomotive, KPJS Semarang, B n B, Raida dan beberapa band pendukung lain.
Acara yang dimulai sekitar jam 09.00 itu baru selesai pada jam 02.00 siang. Sementara hasil pengumpulan dana dari pentas tersebut, akan dibelikan pelalatan sekolah bagi anak-anak korban banjir. [J] Rosidi

Rabu, Januari 09, 2008

REFLEKSI AKHIR TAHUN HIJRIYAH

(JANGAN MENGAKU KALAH SEBELUM KE SURGA)


Cakrawala masih membentang di ufuk timur, semesta berpesta pora. Rasanya seperti mimpi, menerawang nan jauh dalam angan –angan dan khayalan. Tapi ini kenyataan, ketika pagi masih menyapa dengan lembutnya penuh kehangatan.
Semangat baru tumbuh dalam sebuah awal perjalanan kehidupan, menapaki hari yang penuh dengan keceriaan, penuh dengan warna berpadu dalam indahnya pelangi. Mengesankan, menakjubkan, seperti sesuatu jiwa baru untuk sebuah harapan.
“Hari ini harus lebih baik dari kemarin”. Tekad yang tertanam menumbuhkan semangat juang, semangat berusaha dan bekerja keras memperbaiki diri, memperbaiki hati dalam rangka mendekatkan diri pada Illahi.
Perjalanan hidup yang berat membentang, diantara batu dan kerikil tajam yang siap menerjang, menghantam akan menjadi penghalang dalam menempuhnya. Tapi keyakinan penuh dan optimis dalam menghadapi segala rintangan akan menjadikan kita tetap tegar, berdiri tegak menyosong masa depan.
”Bergerak”, jangan diam menapaki kehidupan. Karena bumi masih berlari berputar mengelilingi matahari. Selama ada asa di jiwa, nadi yang bergetar memompa darah dan jantung yang berdetak bahkan nafas yang masih berhembus. Pantang rasanya berputus asa, mengaku kalah sebelum menuju syurga.
Kesabaran menjalani kehidupan, keistiqomahan dalam segala aktivitas kebaikan yang kita lakukan adalah kunci menuju kesuksesan dan tiket kita meraih syurga..
Semoga Allah senantiasa menguatkan langkah – langkah kita untuk melakukan perubahan, melakukan perbaikan diri dan hati dan menjadikan momentum Hijriyah sebagai tanda hijrahnya kita kepada Allah SWT.
”Lakukan apa yang mampu kamu amalkan. Sesungguhnya Allah tidak jemu sehingga kamu sendiri jemu”. (HR. Bukhari)
“Amalan-amalan yang paling disukai Allah ialah yang lestari (langgeng atau berkesinambungan) meskipun sedikit”. (HR. Bukhari)
”Barang siapa berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka mendapati di muka bumi ini tempat hijrah yang luas dan rezeki yang banyak. Barang siapa keluar dari rumahnya dengan maksud berhijrah kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian kematian menimpanya (sebelum sampai ke tempat yang dituju), maka sungguh telah tetap pahalanya di sisi Allah. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (QS 4 : 100). Semalat Tahun Bari 1 Muharram 1429 H. [J] Margo Widilaksono.

Diambil dari milis Sekolah Kehidupan

BANJIR DATANG, SAATNYA JADI RELAWAN

Hawa panas dan asap yang mengepul dari Dapur Umum di samping Gedung Olah Raga (GOR) Kudus itu membuat pori-pori Ibu-ibu yang sedang bertugas memasak, berkeringat. Sesekali, mereka menyeka keringat dari keningnya. Letih dan lelah tak bisa disembunyikannya. Namun begitu, mereka tetap ceria dan sesekali bercanda ria satu sama lain.
Hawa dingin karena hujan yang baru saja reda, tak dipedulikannya. Di bawah tenda yang tidak cukup besar itu, mereka terus memasak. Karena ribuan nyawa para korban banjir yang lapar, menanti dengan harap. Dan dari dapur umum itulah, kebutuhan makan dan minum sehari-hari para korban banjir itu tercukupi.
Kesibukan juga terlihat di halaman GOR. Dengan beralaskan tikar, ibu-ibu itu membungkus nasi dengan lauk ala kadarnya yang selesai dimasak. Dengan cekatan jari-jari lentik para perempuan yang merelakan waktunya untuk keluarga itu harus tersita, untuk membantu saudara sesama yang sedang terkena musibah banjir.
Kerumunan para pengungsi dan anak-anak korban banjir serta relawan-relawan yang bertugas, menambah ramainya suasana di luar gedung yang dijadikan tempat pengungsian para warga korban banjir. Sementara di halaman GOR, nampak tenda-tenda relawan dan posko bantuan dari berbagai perusahaan dan organisasi juga nampak.
Ya, sejak Kamis (27/12/2007) lalu, banjir menggenangi beberapa kawasan di Kudus dan sekitarnya. Beberapa Desa yang terkena banjir diantaranya Desa Kalirejo, Medini, Babalan (Undaan), Karangturi, Mejobo dan Payaman.
Banyak para relawan yang turun tangan membantu para korban banjir. Tim SAR, Kepolisian, TNI, Organisasi-organisasi massa dan kepemudaan. Namun, siapa yang pernah memperhatikan perjuangan mulai para juru masak di dapur umum, yang harus lelah untuk menyiapkan makan bagi para korban banjir itu?
24 Jam
Seringkali tak terbayangkan. Bahkan tidak terlintas sama sekali. Padahal betapa sangat berjasanya mereka. Perempuan-perempuan yang bertugas bertugas di dapur umum, memasak nasi bagi para korban bencana alam tersebut. Mereka lah yang berjuang, agar para korban tersebut tidak kelaparan.
Senin (31/12/2007) lalu, misalnya. Mereka yang bertugas di dapur umum itu harus masak untuk sekitar enam ribu pengungsi dari berbagai titik korban banjir di Kudus. "Dapur umum ini memasak selama 24 jam," kata Marjin, koordinator dapur umum dari RT 3 RW IV Wergu Wetan Kota Kudus.
Pengakuan Marjin ini di benarkan oleh Ny. Suparyoto, isteri Camat Kota. "24 jam itu kita bagi dalam beberapa shift. Setiap shift ada sekitar 15 sampai 20 petugas," kata Bu Camat yang saat itu sedang membungkus nasi bersama para relawan lain di halaman GOR.
Relawan dapur umum ini, berasal dari berbagai organisasi dan warga sekitar. Pak Marjin, misalnya, adalah kordinator RT 3 RW IV Wergu Wetan, yang tidak jauh letaknya dari GOR tersebut. Sementara Ibu Suparyoto, mengkoordinir Ibu-ibu PKK dari berbagai kelurahan yang ada di wilyah kecamatan Kota.
Selain Pak Marjin dan Ibu Suparyoto, ada juga Ibu Suaji. Dia merupakan koordinator dari isteri-isteri angota Polri (Bhayangkari) yang ada di Kudus. "Kebetulan Saya dipercaya untuk mengkoordinir teman-teman bhayangkari," ujar isteri anggota Polsek Jati ini.
Selain dapur umum yang ada di GOR, kesibukan di dapur umum juga terlihat di halaman kantor Dinas Pariwisata dn Kebudayaan (Disparbud) Kudus. Selain ibu-ibu yang bertugas memasak nasi, sebagian ibu-ibu yang lain dibantu oleh mahasiswi dari STAIN Kudus dan Universitas Muria Kudus (UMK), mengupas bawang merak dan bumbu lain untuk memasak.
"Kita harus selalu siap. Karena nasi-nasi ini bukan untuk pengungsi yang ada di GOR sini saja. Tetapi untuk para korban banjir yang ada di tempat lain," terang Ibu Sunari, relawan dari PMI Cabang Kudus.
Lelah tak bisa ditutupi oleh ibu-ibu yang bertugas memasak di dapur umum untuk korban banjir tersebut. Namun begitu, mereka ikhlas melakukannya. "Ya, seneng bisa membantu sesama. Membantu orang-orang yang lagi kesusahan karena musibah," kata Ny. Supatoyo.
Sementara itu, mereka yang terkena musibah banjir juga bersyukur karena sudah dibantu meringankan beban mereka. Sebagaimana yang dikatakan Ibu Tuminah dan Suparni, pengungsi yang saat ini sedang membantu kesibukan di dapur umum. "Alhamdulillah, mas, kita sudah dibantu meringankan beban ini." [J] Rosidi


Dimuat Suara Merdeka
9 Januari 2008

Riwayat Simpang Tujuh Menjelang Pilkada

Oleh Zamhuri



Hari Minggu atau libur yang cerah, di kawasan Simpang Tujuh Kudus, sejak pagi buta habis subuh, ramai didatangi oleh masyarakat Kudus dan sekitarnya. Mereka datang satu per satu atau bergerombol menuju kawasan tersebut umumnya untuk melakukan aktifitas olahraga pagi, jalan atau lari pagi. Bagi yang menginginkan jalan sehat di bagian pinggir bagian dalam lapangan terdapat fasiltitas seperti terapi akupuntur yang berbentuk jalan bergerigi dari batu kerikil yang tertata rapi sepanjang lingkaran lapangan. Bagi yang suka lari biasanya memakai jalur bagian pinggir paling luar lapangan. Ada juga masyarakat terutama anak-anak dan remaja menggunakan tengah lapangan untuk bermain sepak bola, walau ada larangan untuk tidak bermain sepak bola di tengan lapangan.
Bagi kelompok anak-anak muda melakukan aktivitas nongkrong di sekitar lapangan atau sudut lain kawasan simpang tujuh, untuk melakukan aktifitas "olah raga mata" (cuci mata). Seakan ada magnit, makin lama makin banyak masyarakat yang datang, sehingga bisa repot untuk melakukan olah raga, jalan atau lari harus hati-hati, karena situasi makin ramai dan padat. Selain hari minggu atau libur, kawasan simpang tujuh, memang menjadi alternatif tempat rekreasi olah raga bagi masyarakat, tetapi volumenya tidak seramai di hari Minggu atau libur.
Fenomena ini, bisa juga kita jumpai di kota-kota lain yang memiliki fasilitas serupa yang berbentuk alun-alun di tengah kota. Misalnya di kawasan alun-alun Kota Pati, Kota Solo dan Kawasan Simpang Lima Semarang, masyarakat melakukan aktifitas olahraga di pagi hari. Aktifitas rekreasi olah raga pagi ini sangat positif dan dalam jangka panjang sangat menyehatkan tubuh.
Hal ini untuk menyeimbankan padatnya aktifitas masyarakat kota yang sehari-harinya memiliki "tradisi sibuk bekerja". Menurut Sarwono Waspadji, ahli penyakit dalam dari divisi Metabolik-Endrokinologi Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, kebiasaan masyarakat kota yang sibuk bekerja dan kurang berolahraga dapat memicu terjadinya gangguan psikosomatik. Dari riset yang dilakukan di daerah Jakarta, perubahan gaya hidup orang kota dengan sibuk bekerja, kurang olah raga dan pola makan yang tidak sehat, selain psikosomatik, juga mudah terserang penyakit anemia, nyeri persendian dan diabetes. Gangguan psikosomatik masyarakat kota ditandai dengan perasaan cemas dan depresi teruatama bagi perempuan. Untuk menghidari gangguan kesehatan di atas dianjurkan menerapkan pola makan bergizi seimbang dan aktifitas olahraga fisik secara teratur.
Olah raga gratis, mudah, dan praktis ya jalan atau lari pagi. Karena itu, sangat tepat dan beralasan bila Bupati dan jajaran Pemerintahan Kabupaten (Pemkab) Kudus mendesain kembali kawasan simpang tujuh tiga tahun silam, yang konon menghabiskan anggaran sekitar 800 juta rupiah, karena sangat bermanfaat bagi masyarakat. Selain olahraga, aktifitas sosial lain sering diadakan di kawasan ini, seperti pentas seni, upacara bendera, pengajian yang mendatangkan ribuan orang atau kegiatan lainnya.
Lebih bagus lagi, kalau tidak ada asap kendaraan bermotor yang berlalu lalang pada hari-hari tententu untuk mendukung rekreasi olahraga massal tersebut. Wah ini tugas pak polisi. Jika dimungkinkan ada jadwal berkala untuk kawasan simpang tujuh terbebas dari asap kendaraan di waktu pagi karena untuk aktifitas rekreasi olahraga masyarakat Kudus.
Kampanye Alternatif
Bupati, termasuk yang sekarang menjadi calon bupati (cabup), jajaran Pemkab dan stakeholders (pemangku kepentingan) Kota Kudus, bisa rekreasi olah raga bareng masyarakat di hari-hari tertentu. Cabup bisa memanfaatkan momen itu sebagai media penyampai visi dan misi program, "jualan" gagasan dan menyerap aspirasi masyarakat.
Setelah olah raga, diadakah rembugan untuk bertukar rasa dan pikiran membahas segala masalah masyarakat Kudus. Kalau di Kota Solo Wali Kota Joko Widodo dan Wakilnya FX Hadi Rudyatmo, melakukan "ritual" Mider Praja dengan sepede onthel tiap Jum’at pagi untuk menampung aspirasi "Wong Solo", di Kudus bisa diadakan "rembug praja", setelah lari atau jalan pagi bareng. Bagi cabup bisa berkampanye, mengenalkan diri, dan mengenal lebih dekat dengan masyarakat.
Rembug praja dihadiri segala elemen masyarakat. Sambil rekreasi olahraga, sekalian bertemu dengan pemimpin dan atau calon pemimpin, menyampaikan unek-unek dan aspirasi, tak perlu birokrasi yang mbulet, sederhana saja. Badan bisa sehat, pikiran menjadi tenang, karena masalah sudah ditumpahkan. Kalau lewat wakil rakyat, selain lama karena nunggu proses, biayanya mahal. Kalau belum terbayar, bisa-bisa minta rapalen.
Kegiatan "rembug praja" ini bisa menjadi ajang kampanye alternatif cabup Kudus. Kegiatan ini bisa menjadi model kampanye pemilihan bupati (pilbup) yang murah. Pilbup Kudus, menurut agenda Komisi Pemilian Umum Daerah (KPUD) Kudus digelar akan pada 18 April 2008, bisa menghemat anggaran para cabup. Karena porsi terbesar agenda pilbup adalah kampanye, maka perlu dikembangkan inovasi model kampanye yang murah dan mencerdaskan. Termasuk kegiatan "rembug praja" pagi hari di simpang tujuh bisa jadi alternatif kampanye pilbup. Karena kampanye pilbup yang mahal hanya akan menambah beban ekonomi masyarakat di kemudian hari.
Jadi, ketemu dengan cabup, tidak perlu lagi dengan dalam momen kampanye yang berbiaya mahal. Pembuatan Baliho, spanduk, pamflet, poster dan umbul-umbul yang marak dan mengurangi keindahan pemandangan bisa ditekan. Komunikasi para cabup dan masyarakat tidak lagi terhalang, karena mereka bisa berbaur dan menyatu berembug untuk membangun kota Kudus. Selamat mencoba di pilbup Kudus 2008.


Zamhuri,


staf Pengajar di Fakultas Hukum Universitas Muria Kudus.

Template Design | Elque 2007