Minggu, Desember 30, 2007

Djarum, Ikon Bulutangkis Nasional



Kalau ada olah raga yang telah mengharumkan nama Indonesia hingga bias mendapatkan pengahrgaan dan menelorkan atlet-atlet dunia namun kurang diperhatikan oleh pemerintah, bulutangkis lah jawabannya.

Bagaimana tidak, meski telah mampu melahirkan “megabintang” atlet bulutangkis yang sangat banyak, subsidi untuk olahraga ini tidaklah sebesar olah raga sepakbola yang sadar atau tidak, membuat iri pengelola olah raga lain.
Sepakbola, sudah menjadi rahasia umum, mendapatkan subsidi yang sangat besar dari pemerintah. Padahal olah raga ini tidak pernah mampu meraih juara dalam ajang sepakbola Asia, apalagi dunia. Di Asean pun saat ini, dunia persepakbolaan Indonesia tidak cukup diperhitungkan.
Berbeda dengan Bulutangkis. Olah raga ini, meski tidak didukung dana yang memadai dari pemerintah, namun prestasinya sangat gemilang. Tidak hanya ditingkat Asean atau Asia, tetapi dunia.
Siapa yang tidak kenal nama-nama seperti Liem Swie King, Rudy Hartono, Ardy B. Wiranata, yang pernah menjadi Juara I All England Tunggal Putra, Alan Budikusuma (peraih medali Emas Olimpiade), Eddy Hartono / Gunawan (Juara Ganda Putra All England).
Nama-nama lain yang telah mampu menggemakan nama Indonesia di tingkat dunia lewat olahraga Bulutangkis adalah Haryanto Arbi, Susi Susanti, Taufiq Hidayat, pasangan Putra Antonius/Denny Kantono, Sigit Budiarto/Chandra Wijaya dan masih banyak lagi.

Peran Djarum
Peranan PT. Djarum, perusahaan rokok terbesar di kota Kudus, tidak bias diabaikan dalam rangka mengharumkan nama bangsa Indonesia lewat cabang olah raga bulutangkis ini. Dimana perhatian perusahaan ini terhadap perkembangan bulutangkis nasional sangat lah besar.
Besarnya perhatian PT. Djarum ini tidak hanya ditunjukkan dengan didirikannya pusat pelatihan olah raga bukutangkis, yang dimototri oleh Budi Hartono (CEO PT Djarum) pada tahun 1969. Dimana saat itu, brak (tempat karyawan melinting rokok) di jalan Bitingan Lama (kini Jl. Lukmonohadi) No. 35, pada sore hari digunakan sebagai tempat berlatih bulutangkis di bawah nama komunitas Kudus.
Dari situ, lahirlah nama Liem Swie King di pentas bulutangkis dunia. Ia pertama kali meraih Prestasi nasional saat meraih Juara Tunggal Putra Junior di Piala Munadi (1972).
Prestasi “Putera Djarum” ini pun berlanjut. Bahkan, ia tercatat meraih prestasi sebagai Juara All England hingga beberapa kali. Yaitu pada tahun 1978, 1979 dan 1981.
Ini semakin memantapkan keinginan Budi Hartono untuk serius mengembangkan kegiatan komunitas Kudus menjadi organisasi PB Djarum. Hingga akhirnya, dibukalah sarana bulutangkis terpadu di Kaliputu - Kudus.
Komitmen PT. Djarum Kudus membantu persatuan Indonesia dan mengharumkan nama bangsa dengan berprestasi di bidang perbulutangkisan dunia dan bertekad menjadi klub terbaik Indonesia yang penuh dengan pemain-pemain bulutangkis top dunia asal Indonesia, semakin terlihat dengan dibukanya Gedung Olah Raga (GOR) bulutangkis bertaraf internasional di jalan Jati – Kudus, di atas lahan seluas 43.207 m2.

Ikon Nasional
Melihat kiprahnya yang demikian besar dalam mengharumkan nama bangsa lewat olah raga bulutangkis, tidak berlebihan kiranya jika Djarum dijadikan sebagai ikon bulutangkis nasional.
Pertama, dilihat dari komitmennya mendidik dan mempersiapkan atlet-atlet bulutangkis masa depan. Yang dilengkapi dengan sarana pra sarana serta fasilitas yang lebih dari memadai, supaya para atlet bias berkonsentrasi penuh dan bias membawa nama besar Indonesia di tingkat internasional.
Kedua, dilihat dari prestasi yang dihasilkan. Banyaknya atlet hasil didikan PT. Djarum Kudus yang mampu menjadi juara dalam setiap perlombaan baik tingkat nasional bahkan internasional seperti Olimpiade, Uber Cup, Thomas Cup dan All England, cukup menjadi alas an buat pemerintah untuk menobatkan PT Drajum Kudus sebagai ikon bulutangkis nasional.
Penobatan PT Djarum sebagai ikon nasional, setidaknya sebagai ucapan terimakasih atas upaya dan perannya yang sangat besar terhadap perkembangan olah raga bulu tangkis yang telah melahirkan atlet-atlet kenamaan kelas dunia.
Lahirnya nama-nama besar pebulutangkis nasional dalam pentas dunia seperti Liem Swie King, Hariyanto Arbi, Eddy Hartono, Gunawan, Sigit Budiarto Ivana Lie, Yuni Kartika, Yuliani Santosa, Minarti Timur, dan Zelin Resiana, sudah lebih dari cukup jika pemerintah membutuhkan alas an untuk menganugerahkan atau menobatkan PT Djarum Kudus sebagai ikon bulutangkis nasional.
Sudah saatnya pemerintah belajar menghargai dan berterimakasih terhadap peranan dan hasil karya anak bangsa.

0 komentar:

Template Design | Elque 2007