PENGGEMBALA DAN LEMBUNYA
kemarin kau mengajakku ke hutan bambu, meninggalkan lembu
bersama lenguhnya yang lemah di padang rumput
“mau membuat seruling” katamu, dan lemah suaramu terdengar
seperti igau penggembala yang bermimpi buruk
tentang lembunya yang mengidap sakit akut, merindukan
suara seruling mengiringi perjumpaannya dengan maut
“supaya suaraku terdengar nyaring dan merdu”
tegasmu waktu kutanyakan buat apa seruling itu
pagi ini aku mau menyuruhmu ke hutan bambu
meninggalkan lembu yang masih tidur di padang rumput
barangkali sedang bermimpi buruk, suara serulingmu itu
ternyata lebih cocok mengiringi perjumpaanku dengan maut
“tak membuat seruling?” tanyamu, dan nyaring suaramu
mengagetkan lembu itu hingga terbangun dan melenguh-lenguh
bersorak merayakan suara tuannya yang senyaring seruling
“tuh kan, sebenarnya kita tak memerlukan seruling”
tegasku waktu kautanyakan perihal suaramu yang tiba-tiba nyaring
maka pagi ini kau mesti ke hutan bambu, berjaga-jaga
kalau saja orang-orang yang mengerumuni jasadku siang nanti
memaksa masuk, “minggir! kami mau buat seruling”
kau tahu kan, semua orang ingin bersuara nyaring
Nopember, 2007
Didi Arsandi (didizoneunila@yahoo.co.id)
0 komentar:
Posting Komentar