Minggu, Desember 30, 2007

Museum Kretek Kudus “Galeri” yang Terlupakan


LELAKI tua berjas, blangkon, dan kain bermotif bunga-bunga itu tampak anggun. Kacamata yang dia kenakan kian menegaskan kewibawaan.

Siapa gerangan lelaki tua itu? Figur itu adalah Ki Nitisemito. Dialah pengusaha rokok kretek Bal Tiga yang legendaris pada masa Indonesia masih bawah daulat kekuasaan kolonial Belanda. Dan lukisan sang legenda itu adalah satu di antara 11 lukisan tokoh pengusaha rokok kretek di kota Kudus.
Lukisan-lukisan itu terpampang di sebuah bidang dinding utama gedung Museum Kretek yang diresmikan Menteri Dalam Negeri (pada waktu itu) Soepardjo Roestam pada 3 Oktober 1986. Tokoh lain dalam lukisan-lukisan tersebut adalah M Atmowidjojo (pengusaha rokok Goenoeng Kedoe), HM Ma’ruf (Djambu Bol), serta HM Muslich dan H Ali Asikin.
Ya, Museum Kretek sebenarnya bukan sekadar file penyimpan sejarah perkretekan di Kudus. Lebih dari itu, ia bisa menjadi ajang penelitian ilmiah dan pengembangan keilmuan.
Yang paling mengesankan, di museum itu banyak barang bernilai seni tinggi. Foto, lukisan, patung, dan miniatur yang menggambarkan proses pembuatan rokok kretek adalah aset berharga yang sangat mengesankan.
Museum itu menjadi semacam “galeri” yang terlupakan. Lihatlah, berbagai barang itu di dalamnya kurang terpelihara. Debu tebal dan kotoran lain menghiasi barang-barang itu.
“Ya, perhatian pemerintah terhadap museum memang sangat kurang. Karena itulah barang-barang ini kurang terawat,” ujar Baginda Abu Fahru Malay, petugas museum.
Lelaki kelahiran Kudus, 17 Maret 1954, itu menuturkan museum tersebut seharusnya menjadi kebanggaan dan mendapat perhatian. Karena, dulu, agar bisa disebut kota kretek, Kudus harus berebut dengan kota-kota di Jawa Timur untuk dipilih sebagai tempat pembangunan Museum Kretek. Namun, kini, museum yang merupakan miniatur jagat perkretekan itu kurang terawat.
Suami Sri Wahyuni (40) itu berharap pemerintah memperhatikan museum bernilai seni tinggi itu. “Di sini kan tak cuma ada museum. Di depan itu juga ada rumah adat Kudus yang membutuhkan perhatian,” ujarnya. (Rosidi-53)
Suara Merdeka
31 Oktober 2006

2 komentar:

azfaAZ mengatakan...

akhirnya... ada juga blog tentang ke-kudus-an... selamat...
.. waduh... kasihan warga undaan dan kaliwungu... semoga cepat hilang banjirnya..

JURNAL KUDUS mengatakan...

thanks, coment-nya. saya tunggu karya Anda. tolong sebarkan pada semua warga Kudus.


Salam,
Moderator

Template Design | Elque 2007